Sabtu, 02 Oktober 2010

Jangan Jadikan Ramadhan Batu Loncatan



E-mail

Oleh : Ridiansyah, Pimpinan penelitan dan pengembangan LPM Ukhuwah
       
        Ketika ramadan datang, seluruh umat muslim menyambutnya dengan suka cita. Secara dzohir, boleh jadi suka ataupun bahagia bisa dilihat secara kasat mata. Namun secara batiniyah boleh jadi pula rasa cita ataupun bahagia tersebut tak sedikit termaktub dalam hatinya karena keinginan yang bersifat manusiawi tak bisa dilakukan seperti saat-saat bulan sebelumnya.
    Demikian kembali ke pada diri pribadi. Berbicara ramadhan tentu banyak hal yang bisa di dapat dan diambil dalam kehidupan kita ini dalam arti, ramadhan bukan sekedar prosesi menahan perut dan nafsu.
        Menjelang ramadhan ini, yang bernama hati, pikiran dan jiwa serta raga akan bersih sebersih-bersihnya dan suci sesuci-sucinya, terlepas bagaimana cara dan perlakuan untuk menjadi yang bersih dan suci tersebut. Yang jelas dalam ramadhan itu, kesucian dan kebersihan dikedapankan dalam kehidupan sehari-hari.
    Bukankah ramadhan itu adalah bulan suci, dan bulan suci dalam ramadhan bukan simbolisasi untuk kata ramadhan itu sendiri akan tetapi, suci juga di intepretasikan bagi orang yang menjalani puasa di bulan ramadhan, baik suci secara batiniyah maupun jasmaniah
        Dengan ramadhan, tiap insan secara spontanitas akan terarah ke pada agama, jika terpikir dengan agama tentu terarah dengan Tuhan dalam arti, masa ramadhan tersebut sungguh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya dimana, dulunya masjid sepi kini berubah kondisinya, sampai-sampai jama’ah shalat tidak kebagian dalam ruangan shalat serta masih banya contoh lainnya.
    Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu suci. Dan menjaga kesucian itu, tak bisa dinafikan sebelum datang ramadhan. Yang namanya hati, pikiran jiwa dan raga ini sedikit banyaknya ada karat yang tidak lain adalah dosa yang diperbuat, dengan ramadhan ini.
    Ia mengikis habis karat-karat ataupun dosa-dosa yang melekat dalam diri tiap insan, manusia yang ada dalam bumi tentunya melakukan penyucian diri guna menyambut dan menjalani puasa pada bulan ramadhan dengan demikian, secara keseluruhan ramadhan laksana alat saring yang mengikis habis karat (dosa) yang dulunya diperbuat oleh insan.
        Puasa di bulan ramadhan katakanlah kita yang sedang menjalani puasa tersebut, tentu dalam hukumnya kita dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan puasa itu sendiri misalnya makan dan minum saat berpuasa. Apalagi perbuatan/tindakan yang mengandung unsur negatif misalnya mencuri, berkelahi dan sebagainya sangat amat dilarang.
    Sederhananya ramadhan secara tidak langsung merubah prilaku hidup yang mempunyai nilai lebih dari saat bulan-bulan sebelumnya, jika sebelum ramadhan ibadah kita lemah kini ibadah secara statistik meningkat karena termotivasi oleh ramadhan. Ketika memulai dan mengakhiri pekerjaan pasti akan selalu ingat dengan Tuhan karena, ingin menambah pahala dan barokah saat berpuasa
        Mestinya hal-hal yang semacam inilah yang harus di pertahankan dalam kehidupan dalam bahasa lain dengan ramadhan tersebut melatih kita untuk berhijrah (pindah) dari pola hidup yang kurang baik menuju lebih baik dan mempunyai nilai lebih, baik bernilai pada manusia bahkan lebih bernilai di hadapan Tuhan.
    Sehingga kita termasuk dalam golongan orang yang tidak merugi di dunia ini, bukankah dalam suatu  hadist disebutkan orang yang beruntung bukanlah orang yang mendapat laba (keuntungan) saat berdagang.
    Akan tetapi, orang yang beruntung tersebut adalah orang yang lebih baik dari hari kemarin dan , akan tetapi ketika kita ingin merubah sesuatu hal yang kurang baik tersebut di dasari karena hanya mengharap nilai di kalangan manusia
         Ada banyak pelajaran serta hikmah di bulan ramadhan. Hal di atas adalah sebagian kecil pelajaran yang dipaparkan, dan masih banyak lagi hal-hal yang patut dipelajari dan menjadi modal kehidupan serta spirit agar hidup ini jauh lebih baik nantinya. Ilmu Agama itu sungguh sangat luas dan lebih luas dari samudra. Sehingga benarlah kata orang bijak, ketika ilmu Agama bernaung tak ada kegelisahan dalam hidup walau masalah mengunggung
        Ketika sudah tertanam nilai-nilai ramadhan dalam diri, akan ada dua kalimat yang menjadi tolak ukur nantinya. Apakah nilai-nilai tersebut bisa dipertahankan dan dikembangkan kearah lebih baik atau malah sebaliknya, nilai-nilai ramadhan tersebut akan terlepas karena luntur oleh keduniaan seiring insan tersebut hidup di dunia yang penuh dengan warna-warni ini.
       Jika dikaitkan dengan kondisi negara kita Indonesia ini, kita tahu bahwa yang namanya korupsi (mencuri uang negara), kekerasan, dekadensi moral, sex bebas dan sebagainya tentu menjadi topik hangat di media masa, jika dikaitkan pula dengan nilai-nilai ramadhan sebagaimana hal yang tadi maka, hal negatif tersebut bisa di minimalisasi jika kesadaran tiap individu benar-benar tertanam.
       Boleh jadi adanya ramadhan angka kriminalitas dan kejahatan lainnya akan menurun. Ketika individu ingin melakukan kejahatan, terbelesit dalam pikiranya bahwa hari ini bulan ramadhan, Sehingga se bejat-bejat penjahat sekalipun pasti mempunyai hati nurani, lihat saja nanti saat ramadhan kebanyakan media masa akan menampilkan suasana yang bernuansa religius
        Terlepas dari itu semua, amat disayangkan jika, dalam Ramadhan yang berkurun waktu sebulan itu hanya sebagai batu loncatan untuk mensucikan diri sesaat, sehayaknya nilai-nilai pelajaran ramadhan yang dibahas tadi di aplikasikan, dipertahankan dan di kembangkan kearah lebih baik, ditakutkan selepas ramadhan usai.
       Aktivitas negatif dilakukan kembali. Sehingga insan menjadi wujud buruk sebelumnya, jika kita menginginkan tempat yang kita tinggali atau kota bahkan negara ini menjadi aman. Tidak ada kejahatan di sana-sini, tentu bermula dari kita sendiri dan nantinya akan menjadi contoh dan dicontoh orang lain.(*)

0 komentar: