Gubernur meresmikan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam |
Rektor, Gubernur, H. Halim, Kiagus Dencik dan Kailani (Dekan Ushuluddin) | menerima Ushuluddin Award |
Gubernur dan tamu Undangan menerima buku dibalik tirai kesungguhan UIN |
IAIN-Ukhuwah, mulai hari ini, Kamis (30/03) Fakultas Ushuluddin resmi berganti nama menjadi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Berubahnya nama Fakultas Ushuluddin tersebut langsung diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan (SUMSEL), Alex Noerdin. Peresmian yang diselenggarakan di Gedung Academic Center ini juga dihadiri oleh seluruh birokrat IAIN Raden Fatah Palembang, PANGDAM II Sriwijaya, Kapolda SUMSEL.
Dalam acara persemian tersebut, juga dibuka Konsentrasi Tasawuf Psikoterapi pada Jurusan Aqidah Filsafat. Kailani Mustofa, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam mengatakan bahwa alasan bergantinya nama dan pembukaan Konsentrasi Tasawuf Psikoterapi dikarenakan agar terbuka pemikiran kita dalam mengembangkan studi-studi yang baru.
Dia juga menambahkan, kedepan Konsentrasi Tasawuf Psikoterapi ini akan menerima mahasiswa baru pada bulan Mei dan akan menampung sebanyak dua kelas yang berjumlah 80 mahasiswa. Mengenai tenaga pengajarnya, Kailani menambahkan sudah ada dosen IAIN yang berkompeten dalam konsentrasi tersebut.
Dalam acara tersebut diselenggarakan juga penganugerahan Ushuluddin Award, yang mana ada tiga tokoh sumsel yang mendapatkannya. Antara lain yaitu Alex Noerdin, Kemas H. Abdul Halim Ali dan Kiagus Ahmad Nawawi Dencik Alhafidz. Hal tersebut dikarenakan ketiga tokoh sumsel tersebut memiliki peran dalam memajukan pendidikan Islam, antara lain yakni pertama; komitmen dan perhatian yang tinggi dalam terhadap dunia pendidikan Islam, seperti terus menerus melakukan pembinaan terhadap generasi muda Islam, dan pemberian beasiswa. Kedua; memberikan dukungan agar terwujudnya Universitas Islam Negeri (UIN). Ketiga; Mendidik dan mengajarkan hingga muncul qari’ dan qari’ah serta hadidz dan hafidzah yang telah dikirim hingga ke luar negeri.
Selain itu, dalam acara itu juga dilangsungkan launching buku yang berjudul “Dibalik Tirai Kesungguhan Mewujudkan UIN Raden Fatah; Refleksi Gerak Nyata Gubernur, Rektor, dan Tokoh SUMSEL” yang ditulis oleh Riza Pahlevi, Afriantoni, dan Nazarmanto.
Seusai acara-acara di atas, dilangsungkan juga kuliah umum dari Gubernur SUMSEL, Alex Noerdin yang membahas tema “Nilai Strategis SEA Games XXVI tahun 2011 bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Sumatera Selatan.” Kuliah umum tersebut disampaikan langsung oleh Alex Noerdin yang mengupas persiapan infrastruktur SEA Games XXVI tahun 2011 nanti, dan juga keuntungan-keuntungan yang didapat Provinsi Sumatera Selatan pasca SEA Games XXVI 2011.
Dalam sambutannya, dia juga menyinggung masalah perubahan IAIN Raden Fatah menjadi UIN Raden Fatah. Dalam hal ini lahan seluas 35 hektar yang berada di Jakabaring akan menjadi tempat berdirinya UIN Raden Fatah Palembang yang berdampingan dengan Masjid Raya Sriwijaya dan Islamic Center.
Dia juga menambahkan, pembangunannya dimulai tahun 2012 tepatnya usai berhasil melaksanakan SEA Games XXVI yang akan dilaksanakan pada 11 November 2011. “Setelah itu barulah kita fokus melaksanakan tiga pembangunan yaitu Masjid Raya Sriwijaya, Islamic Center, dan UIN Raden Fatah Palembang.” Jelasnya.
Aflatun Muchtar, Rektor IAIN Raden Fatah Palembang juga mengatakan hal yang sama. Ketika dikonfirmasi sebelum acara, dia mengungkapkan bahwa start pembangunan UIN Raden Fatah pada tahun 2012.
“Berkas untuk menjadi UIN sudah masuk ke dalam bluebook BAPPENAS dan telah mendapat persetujuan dari tokoh-tokoh sumsel yang ada di Jakarta, seperti Marzuki Ali ketua DPR RI, Mahyudin ketua komisi X DPR RI, Syofwatillah Mohzaib yang merupakan alumni IAIN Raden Fatah dan sekarang menjadi anggota DPR RI.” Tuturnya.
Aflatun juga menambahkan bahwa dana pembangunan untuk menjadi UIN Raden Fatah ini didapat dari IDB sebesar $ 35 juta dan $ 6 juta dari pemerintah.
Wenny, mahasiswi fakultas Tarbiyah berharap agar perubahan menjadi UIN ini benar-benar terjadi tidak seperti sebelum-sebelumnya yang hanya omongan doang.
By. Anas